Oleh : Nasarius Doonng, S.Fil (Penyuluh Agama Katolik Kantor Kemenag KTT)

Indonesia merupakan negara majemuk, terdiri dari beragam suku, bahsa, budaya dan agama. Kemajemukan bangsa Indonesia sering terjadi sikap dan perilaku yang intolerasi. Sikap intoransi seperti sikap dan perilaku pemaksaan untuk mengikuti ajaran atau agama tertentu, dan larangan untuk mendirikan rumah ibadah, dan lain sebagainya. Menyikapi hal tersebut, Kementerian Agama menawarkan solusi terkait dengan keberagaman yang ada di Indonesia yaitu “Moderasi Beragama”.

Kemenag RI, merumuskan  kata “Moderasi” disandingkan dengan kata “Beragama” , menjadi “Moderasi Beragama”,  yaitu “Sikap mengurangi kekerasan atau menghindari keekstriman dalam cara pandang, sikap dan praktik beragama. Moderasi beragama bukan hanya sebatas jargon dan bukan hanya program yang hanya dimiliki oleh satu kelompok atau satu agama saja. Moderasi Beragama menjadi agenda utama dalam kementerian agama RI, dan tidak hanya dipelajari semata-mata hanya golongan tertentu saja. Oleh karena itu harus melihat pandangan dari agama lain tentang moderasi beragama dan salah satunya adalah moderasi beragama dalam perspektif gereja katolik.

Muncul pertanyaan, sebagai pertanyaan pemantik dalam tulisan ini yaitu, apa yang dimaksud dengan moderasi beragama dalam pandangan gereja katolik? Moderasi beragama yaitu cara pandang, cara sikap dan cara praktik hidup beragama yang menjunjung tinggi martabat manusia, mengusahakan kebaikan umum dengan prinsip adil, seimbang dan taat konstitusi. Artinya cara pandang itu bukan hanya perilaku saja tetapi harus dibarengi dengan cara berpikir juga,  yang harus dibangun secara bersama atau bersikap moderat. Moderasi beragama untuk memulihkan keadaan Indonesia yang majemuk agar terhindar dari konflik-konflik yang bernuasa SARA ditengah kehidupan bangasa yang majemuk. Moderasi beragama memupuk persatuan ditengah perbedaan dan kehadiran yang lain akan menjadi rahmat untuk sesama.

Moderasi beragama kalau dipraktikkan dalam kehidupan sosial masyarakat maka intolerasi secara perlahan akan terkikis dan lambat laun akan hilang. Ketika sungguh-sungguh menghayati moderasi maka kehidupan akan menjadi indah layaknya seperti pelangi dan mesyukuri perbedaan itu bahwa semua perbedaan adalah pemberian Tuhan. Dalam gereja katolik, penguatan moderasi beragama dilakukan dengan cara berkatekese atau lewat pengajaran iman. Mengajarkan kepada orang katolik bahwa kita harus menghargai perbedaan karena tidak mungkin hidup atau pergaulan hanya kepada sesama yang seagama tetapi di Indonesia yang majemuk harus membangun relasi sosial yang lebih luas dan berhadapan dengan orang yang tidak hanya seagama.

Indonesia yang majemuk sangat penting untuk penguatan moderasi beragama. Fanatik bergama menjadi fundamental secara internal, karena individu yang berpegang teguh ajaran agamanya pasti hidupnya dekat dengan Tuhan. Keyakinan akan imannya kepada Tuhan dibagikan kepada sesama atau buah-buah iman tersebut dibiaskan keluar lewat sikap dan praktik hidup yang baik. Agama tidak mengajarkan kebencian kepada sesama. Semakin mendalam dalam iman akan agama, semakin kuat dan dalam memahami ajaran agama. Sebagai sesama ciptaan Tuhan pasti saling mengasihi dan saling mencintai. Dalam gereja katolik sudah tertulis dalam printah Allah ada dua yaitu

  1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, den segenap jiwamu.
  2. Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri

Disini ada aspek vertical yaitu iman manusia kepada Allah. Bahwa iman itu tidak hanya mengawang-awang, tetapi harus membumi yaitu mengasihi sesama. Dalam kontek teologi katolik yaitu contoh praktis pada salib, tegak lurus keatas melambangkan relasi manusia dengan Tuhan, dan kesamping itu melambangkan relasi dengan sesama ciptaan. Dan ini membentuk satu kesatuan. Ini dari simbol salib katolik bahwa iman yang dimiliki harus dibiaskan keluar melalui buah-buah iman yang akan dibagikan dan dirasan oleh sesama lewat sikap dan cara hidup seperti saling mengasihi, mencintai, hidup yang harmonis dengan sesama yang lain.

Diksi moderasi beragama tidak secara gamblang dituliskan dalam Alkitab, tetapi nilai-nilainya seperti cara pandang, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kebaikan umum,  sudah tersirat didalamnya. Ajaran katolik tentang moderasi ada dua bentuk yaitu bersumber dari kitab suci dan ajaran gereja. Dari kitab suci, misalnya dari  kisah para rasul di tuliskan ”Sesungguhnya Allah tidak pernah membeda-bedakan orang”.  Dari ajaran gereja yaitu Nostra Aetate “ menghormati apa yang suci, yang kudus dan apa yang benar didalam agama-agama lain”.

Untuk kalangan kaum muda, secara praktis moderasi beragama yaitu dengan banyak bergaul, keluar dari lingkungannya sendiri dan mengenal yang lain yang berada diluar lingkungnnya. Kaum muda harus inklusif dalam berelasi, sehingga akan terjadi relasi persaudaraan akan terjalin. Ditengah perkembangan teknologi, harus selektif dalam memilih apa yang ingin menjadi tujuan. Selektif dalam bersosial media harus didasari dengan iman yang kuat. Dengan iman yang kuat akan membawa seseorang untuk membedakan mana yang boleh dan tidak boleh.

Ditengah terjadinya praktik sikap intoleran, langkah atau aksi cepat yang diambil dari gereja Katolik adalah mengedepankan dialog, koordinasi, komunikasi, kerjasama dengan tokoh-tokoh dari agama lain. Di Indonesia dalam membangun dialog antaragama dengan FKUB. Di forum inilah musyawarah mufakat dalam mengupayakan pemulihan situasi sehingga menciptakan situasi yang harmois dan damai. Gereja katolik selalu mengedepankan ajarannya untuk mengasihi sesama tanpa melihat suku, agama, ras dan budayanya. Sisi kemusiaan yang perlu dilihat dan diutamakan. Ajaran gereja katolik untuk mengasihi termasuk yang membenci sekalipun, dan ini sudah dituliskan dalam alkitab bahwa “mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tuju kali tujuh” yang artinya mengampuni orang itu tidak terhingga. Ajaran tersebut diatas mengandung makna mengasihi sesama bahkan musuh-musuh juga akan dikasihi. Disini jika dilihat bahwa janganlah gegabah untuk menghakimi yang lain yang tidak sepaham atau seagama.

Dalam sikap pengampunan, gereja katolik lebih menitik beratkan hukum kasih yang dibawakan oleh Yesus Kristus dalam perjanjian baru. Bila pipi kirimu ditampar berilah juga pipi kananmu. Pernyataan ini jangan diartikan secara harafiah atau secara fisik tetapi arti dan makna pernyataan tersebut adalah hentikanlah kekerasan. Karena tindakan kekerasan dibalas dengan aksi kekerasan tidak akan menemukan jalan keluar malah selalu memunculkan konflik yang berkepanjangan. Dengan kasih yang diwartakan oleh Yesus maka diharapkan musuh akan menjadi sadar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iman kita dalam beragama harus kokoh dan kuat, karena dengan iman tersebut akan memandang saudara yang lain sebagai individu yang harus dihargai, dicintai, dihormati dan wajib kita dukung. Iman akan membawa persaudaraan dan membangun hubungan yang harmonis dan bukan perpecahan. Pandanglah meraka yang lain itu sebagai sesama ciptaan dan perlu jaga, di cintai dan di hargai.