Tideng pale (HUMAS KTT) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tana Tidung Menggelar Diskusi Panel Dengan Tema “ Moderasi Beragama Memperkuat Kerukunan Di Bumi Upun Taka”. Kegiatan Yang Di Laksanakan Di Aula  Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tana Tidung  Menghadirkan Narasumber H. Sopian Ridwan Fasililator Moderasi Beragama Kanwil Kemenag Prov. Kaltara, Wakil Bupati Tana Tidung,  Dandim 0914/Tnt, Dan Wakapolres Kabupaten Tana Tidung Dengan Moderator Ketua Fkub Kabupaten Tana Tidung. Serta Undangan Diskusi Panel dari pejabat Kantor Kemenag Kabupaten Tana Tidung, Kesbangpol Kabupaten Tana Tidung, Ketua . Kamis (17/11/2022)

Hendrik selaku Wakil Bupati Tana Tidung dan juga ketua Pembina  FKUB menyampaikan dalam sambutannya bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini sebagai kehendak tuhan. Keragaman tidak diminta, melainkan pemberian tuhan yang mencipta, bukan untuk ditawar melainkan untuk diterima (taken for granted). Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama yang nyaris tiada tandingannya di dunia. Selain enam agama yang paling banyak dipeluk oleh masyarakat, ada ratusan bahkan ribuan suku, bahasa dan aksara daerah, serta kepercayaan lokal di indonesia.  Dengan kenyataan beragamnya masyarakat indonesia itu, dapat dibayangkan betapa beragamnya pendapat, pandangan, keyakinan, dan kepentingan masing-masing warga bangsa, termasuk dalam beragama. Beruntung kita memiliki satu bahasa persatuan, bahasa indonesia, sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut masih dapat dikomunikasikan, dan karenanya antarwarga bisa saling memahami satu sama lain. Meski begitu, gesekan akibat keliru mengelola keragaman itu tak urung kadang terjadi. Dari sudut pandang agama, keragaman adalah anugerah dan kehendak tuhan; jika tuhan menghendaki, tentu tidak sulit membuat hamba-hamba-nya menjadi seragam dan satu jenis saja. Tapi tuhan memang maha menghendaki agar umat manusia beragam, bersuku­-suku, berbangsa-bangsa, dengan tujuan agar kehidupan menjadi dinamis, saling belajar, dan saling mengenal satu sama lain. Dengan begitu, bukankah keragaman itu sangat indah? Kita harus bersyukur atas keragaman bangsa indonesia ini. Selain agama dan kepercayaan yang beragam, dalam tiap-tiap agama pun terdapat juga keragaman penafsiran atas ajaran agama, khususnya ketika berkaitan dengan praktik dan ritual agama. Umumnya, masing-masing penafsiran ajaran agama itu memiliki penganutnya yang meyakini kebenaran atas tafsir yang dipraktikkannya. Pengetahuan atas keragaman itulah yang memungkinkan seorang pemeluk agama akan bisa mengambil jalan tengah (moderat) jika satu pilihan kebenaran tafsir yang tersedia tidak memungkinkan dijalankan. Sikap ekstrem biasanya akan muncul manakala seorang pemeluk agama tidak mengetahui adanya alternatif kebenaran tafsir lain yang bisa ia tempuh. Dalam konteks inilah moderasi beragama menjadi sangat penting untuk dijadikan sebagai sebuah cara pandang (perspektif) dalam beragama. Ideologi negara kita, pancasila, sangat menekankan terciptanya kerukunan antarumat beragama. Indonesia bahkan menjadi contoh bagi bangsa-bangsa di dunia dalam hal keberhasilan mengelola keragaman budaya dan agamanya, serta dianggap berhasil dalam hal menyandingkan secara harmoni cara beragama sekaligus bernegara. Konflik dan gesekan sosial dalam skala kecil memang kerap terjadi, namun kita selalu berhasil keluar dari konflik, dan kembali pada kesadaran atas pentingnya persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa besar, bangsa yang dianugerahi keragaman oleh sang pencipta.

Untuk itu, kita sebagai masyarakat Kabupaten Tana Tidung harus selalu menjaga kerukunan dan persatuan dalam beragama jangan pernah kita saling mencela antar satu agama maupun suku. ane